Uroe ‘Asyura
Bab keu peuetploh jinoe kuseubut
Kada bacut uroe ‘Asyura
Uroe keusiploh buleuen Muharram
‘Asyura keunyan geuboeh nama
Soe nyang “sampoeh” ulee yatim
Bak uroe nyan lethat phala
Tuhan bangket uroe akhirat
Manyang deurajat neu karonya
Sigala laot lam donya nyoe
“Asyura uroe neu peujeuet dumna
Qalam ngon Loh Nabi Adam
“Asyura tuan dum jeuet rata
Dalam krueng Ne karam Fira’un
Uroe tuan ji ‘Asyura
Gadoh peunyaket nibak Aiyub
Uroe meuhat ji ‘Asyura
Tron nabi Noh dalam kapai
Uroe meupeue ji ‘Asyura
Get puasa bak uroe nyan
Dum teutuwan bek talupa
Soebri mudah aneuk peurumoh
Bak uroe roeh jih ‘Asyura
Seukalian peue keujih mudah
Tuhan tamah le areuta
CATATAN :
Dikutip secara acak dari bab 40 naskah Tambeh 95 (Tambihul ghafilin, artinya : nasehat bagi yang lalai). Kitab yang ditulis pada abad ke 4 H oleh Al Faqih Az Zahid Abul Laits Nasir bin Ibrahim As Samarqandi ini aslinya dalam bahasa Arab, kemudian pada tahun 1242 H (1827 M) oleh Teungku Syeh Jalaluddin alias Teungku di Lam Gut disadur/diterjemahkan kedalam bentuk hikayat Aceh dengan huruf Arab Jawi (Jawoe). Pada tahun 1423 H (2002 M) Kitab ini penulis salinkan (transliterasi) ke huruf Latin. Namun karena ketiadaan dana sampai hari ini belum dicetak/diterbitkan.
17 Zulkaidah 1428 H
T.A Sakti
( Sumber: Warta Unsyiah, edisi Desember 2007 dalam rubrik “Tambeh” halaman 3 ).
// Bak siploh uroe bak buleuen Muharram/ Kesudahan Husen Jamaloe/ peue na mudah ta khanduri/ . poteu Allah bri pahla dudoe/ sepuluh hari bulan Muharram/ Hari berpulang Husen Jamalul/ Apa yang mudah silahkan khanduri/ Pahala di beri hari kiamat . Dalam tradisi masyarakat Aceh, hari ‘Asyura itu selalu di peringati setiap tahunnya, dengan melakukan khanduri bersama . Biasanya dilakukan di meunasah atau surau. Setiap keluarga membawa makanan dan penduduk kampong baik yang membawa makanan atau tidak, semua diajak makan bersama-sama. Yang didahului oleh do’a bersama. Imuem (imam) meunasah biasanya yang memimpin do’a. Bagi anak-anak, ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan menu yang sedikit berkualitas. Ada sie manok, telur asin, daging dan ikan yang bagus. Di beberapa tempat pada saat khanduri peringatan ‘Asyura itu, hikayat Hasan Husen dibacakan kepada yang hadir, beberapa bait atau di dendangkan secara bersama-sama.
Banyak diantara yang hadir menangis menyimak peristiwa tragis yang menimpa keluarga Rasulullah pada hari ‘Asyura itu. Di Iran, dan beberapa negeri yang mendapat pengaruh paham syi’ah, hari ‘Asyura di peringati sebagai hari yatim sedunia. Dalam Sejarah awal mula masuknya Islam ke Aceh, memang nuansa syi’ah sangat kental dan adanya.
Semoga bagi para pendatang, pekerja dari luar Aceh, dan para pemerhati Budaya Aceh, mendapatkan pemahaman selayang pandang tentang tradisi dan kebiasaan hidup masyarat Aceh sejak dulu kala. Bagi peneliti yang lebih serius, tentu dapat menggalinya lagi dari sumber-sumber lain, baik berupa cerita lisan, sumber tertulis yang lengkap, atau melalui rekaman penuturan para pakar budaya yang ahli”. (Sumber: Dicuplik dari Dr. Hasballah M. Saad, dalam “Khanduri Aceh, Jenis dan Ragamnya”, Harian Serambi Indonesia, Minggu, 30 Desember 2007, rubrik ‘Budaya’)
Catatan: 1). Cuplikan artikel di atas diketik - secara mendadak – oleh dua anak lelaki saya. Adik yang mendekte/membaca, sedang abang mengetiknya. Sementara Tambeh Aceh disalin oleh keponakan saya – juga amat mendadak sehabis maghrib, sebab besok sudah tanggal 11 Muharram 1433 H.
2). Ketika sedang mengaji selepas maghrib saya mendengar ketukan di pintu. Rupanya seorang anak -putri tetangga mengantarkan Khanduri ‘Asyura berupa ”Bubur ‘asyura” yang dimasak di rumah neneknya yang tinggal jauh di ujung timur gampong. Tradisi memasak Bubur ‘Asyura pada tanggal 10 Muharram masih dilaksanakan keluarga besar ini setiap tahun. Dan keluarga saya selalu mendapat jatah kenduri itu. Alhamdulillah!!!.
Bale Tambeh, 11 Muharram 1433 H/6 Desember 2011 M pkl 10.29 Wib., malam, T.A. Sakti)
Sumber:http://tambeh.wordpress.com/memperingati-10-muharram-1433-h/
Bab keu peuetploh jinoe kuseubut
Kada bacut uroe ‘Asyura
Uroe keusiploh buleuen Muharram
‘Asyura keunyan geuboeh nama
Soe nyang “sampoeh” ulee yatim
Bak uroe nyan lethat phala
Tuhan bangket uroe akhirat
Manyang deurajat neu karonya
Sigala laot lam donya nyoe
“Asyura uroe neu peujeuet dumna
Qalam ngon Loh Nabi Adam
“Asyura tuan dum jeuet rata
Dalam krueng Ne karam Fira’un
Uroe tuan ji ‘Asyura
Gadoh peunyaket nibak Aiyub
Uroe meuhat ji ‘Asyura
Tron nabi Noh dalam kapai
Uroe meupeue ji ‘Asyura
Get puasa bak uroe nyan
Dum teutuwan bek talupa
Soebri mudah aneuk peurumoh
Bak uroe roeh jih ‘Asyura
Seukalian peue keujih mudah
Tuhan tamah le areuta
CATATAN :
Dikutip secara acak dari bab 40 naskah Tambeh 95 (Tambihul ghafilin, artinya : nasehat bagi yang lalai). Kitab yang ditulis pada abad ke 4 H oleh Al Faqih Az Zahid Abul Laits Nasir bin Ibrahim As Samarqandi ini aslinya dalam bahasa Arab, kemudian pada tahun 1242 H (1827 M) oleh Teungku Syeh Jalaluddin alias Teungku di Lam Gut disadur/diterjemahkan kedalam bentuk hikayat Aceh dengan huruf Arab Jawi (Jawoe). Pada tahun 1423 H (2002 M) Kitab ini penulis salinkan (transliterasi) ke huruf Latin. Namun karena ketiadaan dana sampai hari ini belum dicetak/diterbitkan.
17 Zulkaidah 1428 H
T.A Sakti
( Sumber: Warta Unsyiah, edisi Desember 2007 dalam rubrik “Tambeh” halaman 3 ).
“Khanduri ‘ Asyura.
Salah satu khanduri yang popular dalam masyarakat Aceh adalah
khanduri ‘asyura. Ini bermula dari kisah gugurnya Sayyidina Hasen bin
Ali bin Abi Thalib.Cucu rasulullah ini gugur dalam pertempuran melawan
tentara Yaziz bin Muawiyah di Karbala. Ini merupaka tragedi paling
berdarah terhadap keluarga Rasulullah saw, setelah beliau wafat. Husen
adalah pemegang kekuasaan yang diwariskan abangnya Hasan yang telah
diracun terlebih dahulu atas suruhan Razin bin Muawiyah juga. Motivasi
dibalik tindakan itu adalah ingin merebut kekuasaan yang ada ditangan
Husen. Gugurnya husen terjadi pada 10 Muharram. Maka dalam hikayat Hasan
Husen, salah satu bait yang berkaitan dengan kisah kematian tragis cucu
Rasulullah ini adalah :// Bak siploh uroe bak buleuen Muharram/ Kesudahan Husen Jamaloe/ peue na mudah ta khanduri/ . poteu Allah bri pahla dudoe/ sepuluh hari bulan Muharram/ Hari berpulang Husen Jamalul/ Apa yang mudah silahkan khanduri/ Pahala di beri hari kiamat . Dalam tradisi masyarakat Aceh, hari ‘Asyura itu selalu di peringati setiap tahunnya, dengan melakukan khanduri bersama . Biasanya dilakukan di meunasah atau surau. Setiap keluarga membawa makanan dan penduduk kampong baik yang membawa makanan atau tidak, semua diajak makan bersama-sama. Yang didahului oleh do’a bersama. Imuem (imam) meunasah biasanya yang memimpin do’a. Bagi anak-anak, ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan menu yang sedikit berkualitas. Ada sie manok, telur asin, daging dan ikan yang bagus. Di beberapa tempat pada saat khanduri peringatan ‘Asyura itu, hikayat Hasan Husen dibacakan kepada yang hadir, beberapa bait atau di dendangkan secara bersama-sama.
Banyak diantara yang hadir menangis menyimak peristiwa tragis yang menimpa keluarga Rasulullah pada hari ‘Asyura itu. Di Iran, dan beberapa negeri yang mendapat pengaruh paham syi’ah, hari ‘Asyura di peringati sebagai hari yatim sedunia. Dalam Sejarah awal mula masuknya Islam ke Aceh, memang nuansa syi’ah sangat kental dan adanya.
Semoga bagi para pendatang, pekerja dari luar Aceh, dan para pemerhati Budaya Aceh, mendapatkan pemahaman selayang pandang tentang tradisi dan kebiasaan hidup masyarat Aceh sejak dulu kala. Bagi peneliti yang lebih serius, tentu dapat menggalinya lagi dari sumber-sumber lain, baik berupa cerita lisan, sumber tertulis yang lengkap, atau melalui rekaman penuturan para pakar budaya yang ahli”. (Sumber: Dicuplik dari Dr. Hasballah M. Saad, dalam “Khanduri Aceh, Jenis dan Ragamnya”, Harian Serambi Indonesia, Minggu, 30 Desember 2007, rubrik ‘Budaya’)
Catatan: 1). Cuplikan artikel di atas diketik - secara mendadak – oleh dua anak lelaki saya. Adik yang mendekte/membaca, sedang abang mengetiknya. Sementara Tambeh Aceh disalin oleh keponakan saya – juga amat mendadak sehabis maghrib, sebab besok sudah tanggal 11 Muharram 1433 H.
2). Ketika sedang mengaji selepas maghrib saya mendengar ketukan di pintu. Rupanya seorang anak -putri tetangga mengantarkan Khanduri ‘Asyura berupa ”Bubur ‘asyura” yang dimasak di rumah neneknya yang tinggal jauh di ujung timur gampong. Tradisi memasak Bubur ‘Asyura pada tanggal 10 Muharram masih dilaksanakan keluarga besar ini setiap tahun. Dan keluarga saya selalu mendapat jatah kenduri itu. Alhamdulillah!!!.
Bale Tambeh, 11 Muharram 1433 H/6 Desember 2011 M pkl 10.29 Wib., malam, T.A. Sakti)
Sumber:http://tambeh.wordpress.com/memperingati-10-muharram-1433-h/
0 komentar:
Posting Komentar